Keranjang Sampah

Sampah jika tidak dibuang akan busuk, so daripada otak saya busuk, saya buang sampah saya disini

Selasa, 28 Desember 2010

kue itu


KUE ITU

Baju merah jambu sudah tergeletak diatas tempat tidurku, ibu yang menyiapkannya untuk acara perayaan ulang tahun meimei, gadis cina kecil yang kaya raya. Setiap anak di kompleks ini dia undang, mulai dari si yoyon anak pak Slamet tukang kebun sekolah, sampe Excel anak pengusaha kaya kolega papanya.
Ini untuk yang kesekian kalianya aq diundang. Seperti biasa rumah yang aku sebut istana putri itu penuh dengan pernak-pernik pita, balon dan tidak pernah absen si atong, badut cebol dengan hidung merahnya. Semua anak berdandan dengan pakaian terbaik mereka. Vita dengan bando kupu-kupunya yang bergerak-gerak, citra dengan sepatu kacanya yang cantik, sampai Joni yang datang dengan kostum Power Rangger lengkap dengan tutup kepalanya. Semua berdandan seolah-olah ada pergaan busana disini. Bagaimana dengan aku?? Aku?? Ya… aku hanya bisa menjadi penonton pada saat itu. Karena aku tak bisa seperti mereka. Baju merah jambu yang ibu siapkan tak bisa dibandingkan dengan kostum yang mereka pakai. Tapi baju ini adalah baju andalanku, buatan tangan ibuku sendiri. Tak banyak hiasan, hanya ada pita melingkar di pinggang dan bunga besar ditengahnya. Dipadu dengan bando kuning dan selop cokelat (perpaduan warna yang sama sekali tidak cocok) serta sebuah hadiah kecil aku siap berangkat.
Sebuah hadiah kecil sudah disiapkan untuk dibungkus dengan kertas kado sederhana yang pada saat itu harganya Rp.125 perlembar. Waktu itu aku hanya ingat, isi kado itu sebuah buku usang berwarna hijau, sepertinya sebuah buku pelajaraan sekolah yang sudah tak terpakai milik kakak perempuanku. Ahh malu sekali jika kuingat kado yang ku bawa, melihat betapa megah dan meriahnya pesta meinei. Tapi karena pada saat itu aku baru berumur 8th buatku tak jadi masalah apapun kado yang aku bawa. Karena yang ada dipikiranku hanyalah pesta, keceriaan, badut dan yang paling aku tunggu-tunggu adalah Kue Ulang Tahun meimei.
Ya.. setiap aku diundang dalam sebuah pesta ulangtahun yang ada dipikiranku hanyaalaah Kue kue dan kue. Kue yang diatasnya terdapat buah ceri berwarna merah, gula-gula lembut seperti salju, dan lilin yang berwarna merah dengan bentuk angka. Kue itu begitu langka, hanya bisa ku lihat beberapa kali dalam setahun, tetapi meskipun hanya bisa kulihat karena tak pernah ada pembagian kue diakhir acara, aku tetap antusias untuk datang melihat kue ulang tahun dan berharap bisa merasaknnya.

Semua undangan sudah datang, dan acara akan segera dimulai. Kue yang sedari tadi aku tunggu-tunggu akhirnya dikeluarkaan tepat berada didepaan hidungku. Hmmmm wanginya begitu manis, warnanya cantik, dihiasi kurcaci-kurcaci kecil. Ya kue itu seperti hutan kecil yang diambil dari sebuah cerita dongeng Snow white. Begitu menggoda, sampai-sampai aku tak ikut menyanyikan lagu Selamat ulang tahun untuk meimei. Setelah lilin di tiup dan kue dipotong untuk diberikan kepada mama dan papanya, aku baru tersadar, karena kue itu langsung dipindahkaan ke sebuah ruangan belakang yang mungkin itu sebuah dapur. Masih kulihat kue itu diletakkan disebuah meja disana, pandanganku tak lepas dari ruangan itu, berharap ada orang yang mengambilkannya untukku. Oh betapa lezatnya, aku benar-benar ingin mencicipinya walau sedikit.
Pembagian bingkisan. Ya ini menandakan kalau pesta akan segera berakhir. Dan lagi-lagi tak ada pembagian kue ulangtahun dengan ceri merah dan gula lembut diatasnya. Kekecewaan yang sudah entah berapa kali aku rasakan. Karena kue itu hanya dibagikan kepada saudara saudara sang empunya pesta. Anak-anak lain berlarian keluar untuk pulang kerumah masing-masing, dan aku.. aku berdiri perlahan-lahan sambil sesekali menoleh ke meja itu, meja yang diatasnya terdapat kue cantik dan masih berharap ada yang memanggil namaku dan memberikan kue itu walau sedikit. Tapi sampai pagar luar rumah meimei tak ada suara terdengar memanggil namaku.
 Tetap dengan senyum keceriaan anak-anak aku berlari-lari kecil meninggalkan rumah meimei. Berharap lekas sampai dirumah. Untuk apa?untuk meminta kue ulang tahun seperti meimei?? Bukan, karena aku tau ibu takkan bisa membelikannya untukku. Aku ingin cepat pulang kerumah untuk tidur. Sesampainya dirumah tanpa melepas baju merah jambuku, aku langsung melompat ke atas kasur kapuk yang mungkin umurnya sudah lebih tua dariku.
 Dalam pejaman mataku aku berharap untuk bermimpi, bukan bermimpi ad perayaan pesta ulang tahun mewah untukku. Tapi aku hanya berharap aku bermimpi memiliki sebuah Kue UlangTahun cantik dan bisa merasakan manisnya gula-gula dan segarnya buah ceri yang tak pernah aku rasakan dalam dunia nyataku.


Cerita ini aku dedikasiakan kepada Ibuku tercinta, yang telah mengajarkanku untuk menjadi seseorang yang selalu ikhlas dalam menjalani kehidupan. Darinya aku belajar menjadi seseorang yang kuat dan menjadi seseorang yang bisa menghargai apapapun dan bagaimanapun kehidupan kita. Love you Mom… 

Kireita, 28 desember 2010